Sabtu, 02 Juni 2012

4 (Empat ) Perintah




Artinya :  

"Aku perintahkan kepada kalian empat perkara : Iman Kepada Allah yakin menyakini tidak ada Tuhan kecuali Allah (beliau mengepalkan tangannya), mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan, menyerahkan seperlima rampasan perang untuk Allah. Dan aku melarang kalian dari empat perkara : duba, naqir, bantam dan muzaffar."

Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas

Sababul wurud : 

Kata Ibnu Abbas, utusan Abdul Qais telah menghadap Rasulullah : "Ya Rasulullah, kami adalah penghuni Rabi'ah. \Di antara kami dan engkau ada orang-orang kafir yang kejam. Kami tidak dapat berhubungan dengan engkau kecuali pada bulan-bulan haram. Maka perintahkanlah kepada kami, perintah yang dapat kami lakukan dan dapat kami sampaikan kepada orang-orang dibelakang kami". Kemudian Rasulullah memerintahkan empat perkara dan melarang empat perkara.

Jumat, 18 Mei 2012

Tanda Mu'min




Artinya :
"Jika terasa telah menggembirakanmu kebaikmu dan telah menyusahkannmu keburukanmu pertanda engkau seorang yang beriman".

Diriwayatkan oleh : Imam Ahmad dari Abu Umamah

Kata Abu Umamah, seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah tentang Iman. Dijawab oleh Rasulullah seperti bunyi hadits di atas. Dan sebagai kelengkapannya, orang tersebut bertanya : "Ya Rasulullah, apakah dosa itu ?". Jawab Rasulullah (artinya) : "Jika sesuatu menggoncangkan jiwamu, tinggalkanlah!".

Keterangan As Suyuthi, hadits ini shahih. Kegembiraan (surur) adalah kelezatan dan ketentraman hati di saat mendapat atau terjadi sesuatu manfaat. Dan makna "sarratka hassanatuka", telah membahagiakan ibadahmu karena engkau telah membenarkan dan meyakini semua yang dicanangkan dan kesalahan telah menyusahkan hatimu disebabkan engaku mengetahui dan meyakini kebenaran janji-siksa yang dicanangkan syari'at bagi pelakunya. Disebut "sayyiah" karena memang "sayyiah" itu sifatnya menyengsarakan (yasuu-u) pelakunya dan menjadi sebab dari setiap keburukan (suu-un). Firman Allah (artinya) : " Dan setiap musibah yang menimpanmu lantaran perbuatan ke dua tanganmu". (As Syura : 30).

Senin, 07 Mei 2012

Belajar Sabar

Saat ini, di Jepang sedang musim panas. Suhu udara rata-rata, baik di siang maupun malam hari hampir selalu diatas 30 derajat celcius, bahkan kadang mencapai angka antara 36 hingga 40 derajat. Terik matahari begitu menyengat, memanggang kulit hingga mengubah warna jadi kecoklatan.

Saat-saat demikian, menjadi ujian tersendiri bagi saya sebagai seorang muslimah yang ingin selalu mempertahankan diri tampil dengan busana yang rapat membalut seluruh tubuh. Model busana yang dianggap melawan arus oleh kebanyakan orang Jepang, hingga membuat aneka pertanyaan hinggap ketika kami saling bertemu. "Atsu kunai desuka?" (apa tidak panas?), "Kenapa pakai pakaian seperti ini?" dan sebagainya.

Di sisi lain, penampilan wanita yang serba buka-bukaan di mana saja, menjadi polusi yang membuat mata ini terasa nyeri. Timbul rasa malu karena seolah melihat diri sendiri dalam keadaan minim busana, serta kegundahan hati yang begitu dalam karena tak mampu menjadi pengingat bagi mereka. Kaum adam pun harus menundukkan pandangan lebih dalam, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, karena melihat lawan jenis dengan pakaian yang benar-benar minim, bertebaran di seluruh kawasan.

Dalam kondisi seperti inilah, pelajaran bersabar dalam menunaikan ketaatan pada-Nya, dan bersabar dalam menghindari maksiat terasa memiliki nilai lebih dari hari-hari biasa, karena tantangannya lebih berat dan lebih beragam.

Di samping hal-hal di atas, musim panas juga merupakan sarana latihan khusus untuk tetap taat pada perintah-perintah-Nya, bagi kaum mukmin. Malam yang pendek dan siang yang panjang, mengubah ritme kehidupan dan jadwal ibadah. Sementara, waktu tidur tidak bisa digeser lebih awal, supaya tidak kesiangan bangun salat subuh, karena jadwal kerja tetap seperti hari-hari biasa, yang rata-rata baru pulang di atas jam sembilan malam.

Bila di Indonesia kita bisa mengatur waktu secara rutin sesuai dengan waktu-waktu salat yang hampir selalu tetap, maka di musim panas hal ini sulit untuk dilakukan. Jarak waktu antara salat subuh dan zuhur begitu panjang, sementara jarak waktu antara sholat isya' dan sholat subuh cukup pendek. Seperti yang saat ini terjadi, salat subuh sudah masuk waktu pada jam 03.04, zuhur jam 12.03, asar jam 15.50, maghrib jam 19.17, dan isya' jam 20.56.

Bila kita puasa, maka kita harus menahan haus dan lapar selama 16 jam lebih, di tengah suasana panas yang membuat tenggorokan kering dan melahirkan rasa haus. Di sinilah salah satu bentuk ketaatan seorang mukmin kepada Allah SWT teruji. Akan mampukah kita mengendalikan hawa nafsu, memenej jiwa dan raga agar tetap taat pada-Nya, atau sebaliknya. Saya sendiri pernah melihat, beberapa wanita muslim yang tadinya berbusana muslimah, mengurangi ukuran bajunya dan melonggarkan kerudungnya, atau bahkan lepas sama sekali karena merasa terlalu panas. Adapula seorang kawan yang bercerita, "Siapa yang mau bangun subuh jam tiga pagi, orang baru tidur sebentar." Na'udzubillahi min dzaalik.

Demikianlah, musim panas memang menjadi sarana belajar bersabar bagi kita. Sabar dalam menunaikan ketaatan, dan sabar dalam menghindari maksiat kepada-Nya.

Sungguh benar firman Allah SWT dalam Al-Qur'an: ."..Yaa Rabbanaa, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S. Ali Imron: 191).

Rabbanaa, afrigh 'alainaa sabran Wat tawaffanaa, muslimiin.

Yaa Rabbanaa, karuniakanlah kesabaran kepada kami,
Dan wafatkanlah kami dalam keadaan muslim.
Aamiin, yaa Rabbal 'aalamiin.

Wallohu a'lam bishshowwab.

Ummu Shofi


www.eramuslim.com

Kamis, 03 Mei 2012

Ayat Kursi Menjelang Tidur

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," gertak Abu Hurairah.

Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.

Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"

Ia mengeluh, "Ya Rasulullah, bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahwa ia kasihan kepada pencuri itu, lalu dilepaskannya.

"Bohong dia," kata Nabi : "Pada hal nanti malam ia akan datang lagi."

Kerana Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan. Dan benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," ancam Abu Hurairah, sama seperti kemarin.

Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi."

Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan.

Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kemarin. Dan setelah mendapat jawaban yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."

Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-geri disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kemarin itu dilepaskan begitu saja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa maku saja ia ditipu olehnya ? "Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri longgokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-geriknya.

"Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga.

"Lepaskan saya" pencuri itu memohon.

Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahwa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."

"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."

Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.

Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.

"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.

"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah.

"Kalimat apakah itu?" tanya Nabi.

Katanya "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."

Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang ertemu denganmu tiap malam itu?"

"Entahlah." Jawab Abu Hurairah.

"Itulah syaitan."

sumber : 1001 KisahTeladan.hlp by Heksa

Selasa, 01 Mei 2012

Inilah Misi Ketiga Kerasulan Nabi Muhammad SAW


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH A Hasyim Muzadi


Di antara begitu banyak penyebab hilangnya keberkahan hidup, kemiskinan absolut-extreme poverty-juga diduga sebagai salah satu yang membuat hidup menjadi absurd. Tentu absurd bagi kita yang awam dalam memahami ajaran agama. Di satu sisi, kita kerap menemukan ajaran agama yang menyebutkan orang-orang miskin akan memasuki gerbang surga Tuhan 500 tahun sebelum kedatangan mereka yang kaya, sementara banyak keterangan lain juga menyebut kemiskinan sebagai situasi yang harus dijauhi.

Begitu menakutkannya kemiskinan dan kefakiran, hingga Baginda Rasul mewanti-wanti umat Islam dengan sebuah doa yang beliau ajarkan, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran." (HR Abu Dawud). Kisah Tsa'labah bin Khatib al-Anshori merupakan contoh monumental yang menjalar dari mulut ke mulut di kalangan kita, umat Islam.
Begitu fakirnya Tsa'labah, demikian diceritakan, beliau harus buru-buru meninggalkan masjid hanya setelah Rasulullah mengucapkan salam penutup shalat. Alasannya, ingin berbagi pakaian dengan istrinya agar dapat shalat pada kesempatan pertama.

Karena ketergesaannya meninggalkan majelis Rasul itu, beberapa sahabat curiga Tsa'labah termasuk kelompok munafik. Kemiskinan dan kefakiran benar-benar telah menjelma sebagai salah satu situasi yang paling menakutkan anak cucu Adam. Begitu menakutkannya kemiskinan dan kefakiran, setan pun kerap menggoda dan menggelincirkan manusia ke jurang kenistaan dan kemiskinan. "As-syaithaanu ya'idukumul faqro-setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan…" (QS al-Baqarah [2]: 268).

Karena kemiskinan amat potensial menyebabkan seseorang mengingkari keadilan Allah, kini penting dipikirkan kembali memetakan pola pendekatan agama terhadap orang-orang yang tak berdaya ini. Kelompok ini wajib diselamatkan agar benar-benar tidak terjatuh ke lembah kekufuran."Kaadal Faqru an Yakuuna Kufron-nyaris kefakiran menyebabkan kekufuran." Pernyataan di atas merupakan penegasan betapa bahayanya kefakiran dan kemiskinan.

Islam adalah ajaran mengenai luar-dalam, lahir-batin, serta tekstual-kontekstual sekaligus. Penerapan agama bukan hanya melalui fikih dengan pendekatan yang rigid, melainkan juga harus dibuka peluang menerjemahkannya dalam pranata sosial yang lebih fleksibel. Oleh sebab itu, penting bagi kita memahami pesan Alquran surah al-A'raf [7]: 157. Ayat ini secara gamblang menegaskan tiga misi utama Nabi Muhammad, yaitu pertama, amar ma'ruf nahi munkar. Kedua, menjelaskan soal halal dan haram. Ketiga, membebaskan umat dari beban yang mengimpit dan belenggu yang memasung mereka.

Ketiga misi ini melekat juga kepada kita sebagai para penerus dan pengobar semangat kenabian dan kerasulan Baginda Muhammad SAW. Mendekati permasalahan umat semata dengan misi amar ma'ruf dan nahi munkar belumlah memadai untuk terciptanya kehidupan yang penuh keberkahan. Demikian pula, hanya menggunakan pendekatan halal-haram belum akan lahir kehidupan sebagaimana menjadi misi ketuhanan di muka bumi ini. Kedua pendekatan ini harus dilengkapi dengan misi Nabi yang ketiga, yaitu membebaskan umat dari kemiskinan dan kefakiran.

Sangat mungkin seseorang mampu memenuhi semua kualifikasi syariat dalam melaksanakan sebuah ibadah, tapi mungkin tertolak karena pesan sosial tidak tertunaikan dengan benar. Alquran meminta umat Islam menjadi pembela bagi kelompok tertindas serta golongan yang lemah dan dilemahkan. Islam bukan agama kerajaan. Ia terlahir di tengah rakyat jelata yang tak berdaya akibat kuatnya aksi penindasan, kerasnya dominasi gender, dibanggakannya kebodohan, dan kejamnya tirani suku, serta melembaganya perbudakan.

Agama, dengan segenap spirit kamanusiaannya, lahir untuk menata kehidupan agar lebih berkeadilan. Karena itu, begitu banyak nabi dan utusan Tuhan harus menyabung nyawa demi tegaknya keadilan agar tercapai masyarakat yang takwa. Simaklah perjuangan beberapa nabi dalam lintasan sejarah. Nyaris semua nabi adalah pejuang revolusioner. Rata-rata mereka mengawali pengenalan misi ketuhanan dari tengah-tengah rakyat mustadh'afin alias kelompok yang dilemahkan oleh sistem. Misi ketuhanan diejawantahkan dalam misi kenabian. Misi kenabian harus dimanifestasikan dalam misi kemanusiaan yang sejati.

Sejarah menunjukkan, betapa keras dan revolusionernya perjuangan Nabi Muhammad. Baginda Rasul adalah penggembala kecil yang terus "konsisten" menjadi buruh hingga hari tuanya. Beliau bangga hidup di tengah orang miskin hingga detik-detik terakhir kehidupannya. Karena pilihannya sebagai nabi yang hamba-nabiyyan 'abdan-bukan sebagai nabi yang raja, maka beliau mampu menjelma pembela sejati bagi kaum tertindas. Atau, sebutlah beberapa nama nabi dan rasul yang berasal dari strata paling bawah dalam piramida sosial.

Nabi Nuh as tukang kayu yang nyambi menjadi guru atau Nabi Musa as yang penggembala. Nabi Ibrahim as hanya seorang tukang pemecah batu dan Nabi Isa as, selain gembala, juga tukang kayu. Sepanjang hidup dan sepanjang misi kenabian serta kerasulan mereka, para nabi akan selalu berdiri di barisan paling depan dalam membela kaum tertindas dan lemah dalam menghadapi kelompok yang lebih kuat. Sebagai penjuru orang-orang bertakwa, maka para nabi dan rasul adalah pendekar-pendekar keadilan sepanjang masa. Tidak banyak nabi dan rasul yang bergelimang harta.

Sudah barang pasti, nabi dan rasul bukanlah para masaakin dan fuqara yang meminta-minta-as-saa-il wal mahruum. Hanya, karena tingkat empati yang luar biasa, para nabi dan rasul dapat dengan mudah merasakan denyut nadi orang-orang miskin dan fakir. Semangat semacam ini pulalah yang mesti kita adopsi, umat Islam dan umat manusia. Memang kemiskinan materi tak akan pernah hilang dari denyut kehidupan, tetapi kemiskinan spiritual harus tetap menjadi alat vital kehidupan ini. Agar apa? Agar kehidupan tidak kehilangan berkahnya. Wallaahu alam bi shawaab.

Dikutip dari koran Republika rubrik refleksi Minggu, 08 Januari 2012  berjudul "Misi Ketiga Kerasulan Nabi Muhammad"
Redaktur: Heri Ruslan